Hello semua! Nama saya Junko. Saya
adalah mahasiswa S2 dari Oxford University, Inggris di jurusan perkembangan.
Saya lagi penelitian tentang proses pemberangkatan untuk TKI ke luar negeri di
desa Tracap, kecamatan Kaliwiro, kabupaten Wonosobo. Saya asli Hong Kong
campuran dengan Jepang, tapi banyak orang bilang saya seperti orang Indonesia
karena wajahku mirip dengan orang Indonesia!
Waktu saya masih googling tentang
isu-isu buruh migran, saya pernah nonton show Kick Andy di youtube tentang
salah satu wanita hebat yang pernah menjadi korban trafficking. Ternyata wanita
hebat itu adalah mbak Salas yang sekarang lagi ketua SBMI di Wonosobo. Itu
alasan saya jauh-jauh dari Inggris sampai ke pusat SBMI di Wonosobo untuk riset
satu bulan di kampung buruh migran.
Dulu, saya pernah penelitian di
Kalimantan Barat untuk S1ku di University of Toronto, Kanada, sama mahasiswa
UGM. Waktu itu, tempat risetku adalah di kampung yang tidak ada sinyal,
listriknya sedikit dan harus mandi dan WC di sungai. Sebelum saya ke Wonosobo,
saya sudah pamit sama keluarga dan teman-teman. “Maaf, aku gak ada sinyal di
sana jadi selama bulan ini, gak bisa hubungi aku”. Saya sudah siap mental tapi
setelah sampai ke desa Tracap, ternyata ada wifi dan air hangat di tempat mbak
Salas! Saya cukup kaget.
Banyak orang tanya saya, "kenapa
kamu menarik tentang isu-isu buruh migran?” Itu karena di Hong Kong sekarang
lagi banyak TKI yang kerja di sektor PRT. Setiap hari minggu, saya lihat mereka
suka kumpul-kumpul di daerah Victoria Park. Waktu tahun 2013 ada juga kasus
Erwiana yang menjadi kasus besar dalam masyarakat Hong Kong. Saya mulai heran,
kenapa TKI di Hong Kong punya banyak masalah? Iya, saya fikir, kita bisa bilang
itu karena majikan yang tidak baik. Tapi, tidak semua majkan begitu, ada yang
baik juga. Fikiranku lanjut, mungkin ada masalah dalam proses dari awal? Itulah
menjadi titik pangkal untuk penelitian ku.
Setiap hari, orang-orang sini suka
suruh saya makan dan nicip makanan khas Wonosobo. Itu buat saya susah untuk
penelitian disini karena saya cuma makan dan tidur trus! Contoh… Pertama hari,
saya sempat nicip cimplong sambil berdiskusi tentang SBMI dengan mbak Salas.
Waktu malam, keluarga mbak Salas beli mie onglok dan sate buat saya. Mmm… Lezak
kan? Enak sekali! Tapi saya harus mengaku, yang saya paling suka itu masakan
mamanya mbak Salas. Ketika dia lagi di rumah, dia pasti lagi di belakang masak
ikan bakar, ayam, tahu, tempe, sayur, jamur… Setelah satu bulan ini, mamaku
pasti sudah tidak bisa mengenaliku karena saya sudah tambah gemuk!
Selain menikmati makanan Indonesia,
saya juga kesempatan wawancara sama berberapa mantan TKI dan sponsor di
kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang. Saya juga pernah ke Wonosobo, wawancara
sama staf dari Dinas Tenaga Kerja dan PJTKI. Kalau mbak Salas lagi ada acara di
luar, dia pasti ajak saya ikut. Saya pernah ikut diskusi IMWU Belanda di
perpustakaan Wonosobo tentang documentary mereka Dispereert Niet. Saya juga
ikut ke Semarang untuk rapat BP3AKB dengan aktivis-aktivis dari Jawa Tengah.
Mereka lagi sibuk nulis surat edaran ke guburnur Jawa Tengah. Setiap hari ketua
SBMI Wonosobo sangat sibuk!
Untuk yang fikir saya kerja trus
tanpa istirahat, jangan khawatir. Saya pernah dibawa anggota SBMI di
Wadaslintang, mbak Mun, main kemana-mana. Dia bawa saya main ke waduk dan
lubang sewu. Kami juga naik perahu bersama-sama dengan suami dan anaknya. Habis
itu, kami ke pemandian panas, mandi di pemandian nomor 2. Panas sekali!
Waktu
di desa Tracap, saya juga ikut upacara dan karnaval untuk hari merdeka
Indonesia. Untuk karnaval, saya menjadi petani. Siapa tahu waktu itu, ternyata
RT 11 yang saya ikut menang!
Dengan hari-hari yang sangat penuh,
waktu lewatnya cepat. Satu bulan rasa cuma sebentar, tapi masih bisa belajar
banyak tentang proses pemberangkatan untuk TKI yang ke luar negeri. Ternyata
yang di aturan dan teori sangat jauh dengan yang di lapangan. Misalnya padahal
ada TKI yang lewat jalur resmi dan punya paspor, kebanyakan lewat calo untuk
urus dokumen-dokumen. Ada yang usia atau alamatnya dipalsukan.
Untuk thesisku, saya mau tanya kalau
polis pemerintah untuk melindungi TKI oleh aturan dan dokumen, mereka akan
bikin lebih banyak kesempatan untuk eksploitasi dan penipuan. 99% TKI memilih
keputusan untuk pake calo karena mereka kurang tau bagaimana ikut peraturan dan
bikin dokumen. Kalau pemerintah mau melindungi TKI, mungkin mereka harus mulai
dari bawa, dari pendidikan TKI, biar mereka tahu sendiri bagaimana menjadi TKI
mandiri.
Terimakasih pada keluarga SBMI
Wonosobo untuk satu buluan ini. Saya akan selalu ingat kenangan-kenanganku di
kampung buruh migran. Sampai ketemu lagi, kawan.
|
Add caption |